TEORI KUPU-KUPU YANG BISA MEMPERCEPAT PENGUASAAN BAHASA INGGRISMU, OLEH BUDI WALUYO



Budi Waluyo
Penerima beasiswa S2 IFP Ford Foundation, USA & S3Fulbright,
Alumni Unib, Univ. of Manchester, UK, & Mahasiswa PhD di Lehigh University,USA
Penulis buku The Mancunian Way & Untukmu Scholarship Hunters


Budi Waluyo - Facebook

Saya ingin bercerita tentang teori kupu-kupu. Di artikel sebelumnya, saya sudah bercerita tentang bagaimana masa-masa ketika saya membenci bahasa Inggris di SMA
.

Kali ini saya akan membahas tentang teori kupu-kupu. Teori ini penting dalam perubahan hidup saya, berkaitan dengan percepatan belajar bahasa Inggris dan meraih impian kuliah ke luar negeri dengan beasiswa.

Cerita awalnya, waktu itu saya sedang bingung bukan main ketika mendengar penjelasan dosen-dosen bahasa inggris saat Ospek S1. Sedangkan teman-teman saya sudah banyak yang mengerti, bahkan lancar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.

Perkuliahan pun dimulai, dosen-dosen kebanyakan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, sebagian ada yang campuran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, tetapi saya masih belum nyaman belajar.
Ditambah lagi, beberapa senior semester atas ada yang masuk dan bergabung untuk mengambil mata kuliah, alasan mereka telat lulus karena terlalu sering bermain di semester awal, dan akhirnya kemampuan bahasa Inggrisnya melemah.

Nah, saya di awal kemampuan bahasa Inggris nggak ada, cemas sekali bakal jadi mahasiswa abadi di kampus. Saya sudah tanya sana sini, browsing banyak website, mencari tips-tips percepatan belajar bahasa Inggris. Semuanya terlihat sama saja. Coba saja tanya orang-orang, bagaimana caranya biar cepat menguasai bahasa Inggris?

Pasti jawabannya : Sering-sering mengerjakan soal, perbanyak menonton film-film berbahasa Inggris, dengerin lagu berbahasa Inggris, hafalkan satu kata per hari, dan sebagainya.

Kamu akan menemukan semua jawaban yang diberikan itu esensinya sama semua, yang berakhir pada:


Kalau mau cepat menguasai bahasa Inggris, ya belajar

Jawaban ini tidaklah salah, hanya saja kebanyakan orang tidak puas. Kenapa?

Karena :
Mereka mengharapkan cara yang cepat tanpa menghabiskan banyak waktu dan energi.
Pengalaman pribadi mereka menunjukkan tidak ada perkembangan setelah belajar beberapa waktu, bahkan ada yang sudah les sana-sini dan akhirnya fed up, then give up.

Di sini, saya ingin mengatakan, bahasa itu sangat erat kaitannya dengan kebiasaan. Kebiasaaan artinya dijadikan bagian aktivitas sehari-hari.

Mungkin kalian pernah dengar cerita tentang seseorang yang datang ke sebuah daerah yang tidak mengerti bahasa penduduk daerah itu. Tetapi, setelah beberapa bulan, orang itu bisa mengerti beberapa kalimat, dan seiring berjalannya waktu, jadi bisa berbicara bahasa penduduk di daerah itu.

Kenapa? Karena saat orang itu tinggal di daerah itu, kesehariannya selalu bersinggungan dengan bahasa setempat. Ingat, hidup kita itu terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan kita biasanya menentukan apa yang akan kita capai di masa depan.

Prestasi itu tidak bisa didapatkan dengan belajar satu, dua atau tiga hari. Kita membentuknya dengan kebiasaan di bidang itu dari waktu ke waktu. Ibarat menanam padi. Ada waktunya menanam, ada waktunya memanen. Ada proses menuju pencapaiannya.

Steve Jobs pernah bercerita tentang ini saat beliau menghadiri upacara di Standford University. Beliau menggambarkan situasi itu dengan ungkapan “Connecting the dots”. Lain waktu diceritakan deh.

Saat itu saya suka mendengar ceramah radio sehabis subuh. Rekaman ceramah Aa’ Gym sering diputar. Beliau pernah ceramah tentag percepatan.
Salah satu teori yang beliau gunakan untuk mencapai percepatan adalah dengan menggunakan teori kupu-kupu. 

Teorinya seperti ini : Ada dua kupu-kupu akan berlomba terbang dari garis start menuju finish. Sebut saja kupu-kupu A & B.

1, 2, 3.. Doorr!

Perlombaan pun dimulai. Kupu-kupu A mengepakkan sayapnya sekuat tenaga agar bisa menjadi pemenang. Kupu-kupu B juga melakukan hal yang sama. Namun, dalam perjalanannya, kupu-kupu B melihat ada sebuah mobil akan berjalan searah dengan garis Finish.

Jendela mobil itu terbuka, tanpa pikir panjang, kupu-kupu B masuk ke dalam mobil. Nah, pertanyaannya? Who is going to be the winner? Kupu-kupu A atau B? Jawabannya: Pemenangnya adalah kupu-kupu B, selama mobil yang dimasukinya itu tidak berhenti, mogok, atau balik arah.

Saat didalam mobil, dia diam pun akan tetap menang karena kecepatan terbang kupu-kupu A tidak mungkin bisa mengalahkan kecepatan mobil. Disini, kupu-kupu B melakukan percepatan. Kupu-kupu B curang? Dia tidak curang karena tidak ada aturan tidak boleh naik mobilkan?

Kupu-kupu B pandai melihat peluang. Kupu-kupu A sebenarnya juga melihat mobil yang ditumpangi kupu-kupu B itu, tapi dia menghindarinya. Berbeda dengan kupu-kupu B, dia melihatnya sebagai peluang.

Dalam konteks belajar bahasa Inggris, saat itu saya sebenarnya sedang berlomba dengan teman-teman di kelas, tapi garis mulai start kami berbeda. Mereka sudah pandai bahasa Inggris, sedangkan saya masih nol besar. Ibaratnya, saat lomba motor GP, teman-teman start di No. 1, saya start di No. 10.

Nah, kalau saya mengandalkan kecepatan normal dan teman-teman juga melaju dengan kecepatan normal mereka, kapan saya bisa melampaui mereka? Jangankan melampaui, naik peringkat saja belum tentu bisa. Karena itu saya perlu percepatan, satu langkah mereka, harus tiga langkah saya.

Budi Waluyo dan kawan-kawannya di Allentown, Pennsylvania - Facebook

Maka untuk itu saya perlu mencari mobil seperti kupu-kupu B. Mobil dalam teori kupu-kupu ini disebut dengan lingkungan.

Jadi, kalau mau melakukan percepatan, miliki dulu lingkungan yang bisa menciptakan percepatan untuk kita bisa cepat menguasai bahasa Inggris dan meraih mimpi studi ke luar negeri dengan beasiswa.

Setelah mengetahui teori ini, saya mulai mencari beberapa teman dekat di kelas. Perlu diingat, mencari teman dekat itu bukan yang sesifat. Saya orangnya lembut, maka saya tidak mencari teman yang sifatnya lembut juga. Bisa jadi lelembut nanti. Hehe.
Bukan yang sesifat, tapi yang se-visi. Saya ingin bisa menguasai bahasa Inggris, ikut organisasi, bisa menulis, tidak mau membebani orang tua, dan ingin ke luar negeri.

 Saya pun bertemu dengan dua orang teman, satu cowok dan satu cewek. Mereka juga punya semangat visi yang sama dengan saya.

Soal sifat, kami berbeda jauh. Sering ribut, tapi karena punya visi yang sama, temenan lagi. Diantara kami bertiga, saya yang paling bodoh bahasa Inggrisnya. Jadi, saya adem ayem, suka mengamati mereka belajar, diam-diam dirumh saya push diri untuk meluangkan waktu setiap hari belajar topik-topi bahasa Inggris yang belum dikuasai.

Lingkungan ini juga penting saat semangat belajar kita menurun. Tapi, karena kita di dalam lingkungan yang punya visi sama dengan kita, tetap kita bakal dapat input. Berbeda rasanya kalau kita belajar sendirian.

Singkat cerita, dua teman dekat saya ini dapat beasiswa studi dua bulan ke Amerika. Satu orang ke Ohio University, satunya lagi ke Syracuse University.

Waktu itu saya tidak mau ikut seleksi beasiswa itu karena ingin menamatkan S1 secepat mungkin. Waktu mengantar mereka di bandara, rasanya mau nangis. Dua teman saya akan berangkat ke Amerika, saya kapan? Tepatkah keputusan saya untuk tidak ikut seleksi kemarin?
Tiba-tiba dalam hati saya terbersik, kalian pergilah dua bulan, saya nanti akan pergi dua tahun. 


Mas Budi di  Bethlehem, Pennsylvania - Facebook

Alhamdulillah, ternyata keinginan saya ini dikabulkan Tuhan. Saat lulus S1, ada pengumuman penerimaan aplikasi beasiswa S2. Teman-teman saya banyak yang belum lulus, jadi saya tidak punya banyak saingan di kelas. Itu menjadi motivasi saya waktu itu. Walaupun ternyata se-Indonesia ada sekitar 9300-an pelamar dan yang diterima hanya 50 orang.
Ada banyak klub-klub belajar bahasa Inggris. Gabung, itu bisa jadi mobil kalian. Miliki teman-teman dekat yang sevisi, itu bisa menjadi mobil kalian. 

Cuma, hati-hati dan jangan terjebak dengan rutinitas. Biasanya, karena terlalu sering bertemu, kita jadi hilang fokus dan akhirnya mobilnya tidak bergerak.

Pasang target perbulan, per tiga bulanan, dan target tahunan. Harus ada target dari setiap kegiatan yang dilakukan. Dan target itu dibuat bukan untuk dilupakan.

Belajar itu artinya memakan waktu, harus siap banting tulang melek siang malam, siap diremehkan, mau bertanya, buang jauh-jauh rasa malu. Nanti kalau sudah bisa, baru bisa tersenyum. Jangan dibalik cara berpikirnya. Ngak ada cara instan.

Dan belajar bahasa Inggris itu ngak ada ujungnya, kalau bukan kita yang menentukan ujungnya dengan target.

Demikian. Selamat mencari mobil. Good luck..!

Comments

Post a Comment

Popular Posts